Sabtu, 16 Mei 2020

Ketika Bukumu di Tolak Penerbit Mayor

Assalamu’alaikum.Wr.Wb

Salam siang sahabat yang sedang belajar menulis di kelasnya om Jay. Semoga senantiasa sehat selalu dan dimudahkan segala urusan. Aamiin…

Siang ini kita akan lanjut belajar menulis lagi. Hari ini saya sudah mengawali hari saya dengan 2 Juz, lumayanlah untuk amunisi seharian, karena biasa nya saya bisa full nge-juz lagi selepas dhuha. Selanjutnya kerja bakti bareng paksu yang memang selalu libur di hari Jum’at. Kata beliau “ yukk lah… beberes, semua di lap dan dibersihkan, kan sebentar lagi lebaran”. Sambil senyum semangat saya meng-iyakan. Walau lebaran tahun ini takkan berlangsung seperti tahun-tahun sebelumnya, tanpa mudik, tanpa ketemu ibu di kampong, tanpa masak bareng-bareng di dapur ibu, tanpa sungkeman ke ibu, dan tanpa keliling kampong seluarga. Tapi tetapharus dan wajib selalu bersyukur kepada Allah, karena kita masih di berikan kesehatan dan umur panjang, sehingga tetap dapat bersilaturahim walau hanya melalui telepon atau video call. Alhamdulillah…

Waktu sudah berjalan beberapa menit dari pukul 13.00. Mari kita simak pemaparan dari nara sumber kita siang ini. Beliau adalah Bapak Edi Arham, yang akan berbagi pengalaman Mengajar di Daerah 3T. Sudah penasaran tentunya, akan tetapi sangat disayangkan karena satu dan lain hal, beliau tidak dapat memberikan materi. Jadi siang ini materi akan disampaikan oleh Master kita, Bapak Wijaya Kusuma, ata lebih akrab kita sapa dengan Om Jay. Let’s…. see…

Kata Om jay apa yang akan beliau sampaikan merupakan kisah nyata dari pengalaman pribadi beliau. Menarik sekali ya teman-teman, kita dapat belajar dari pengalaman orang hebat seperti om Jay. Pengalaman yang sangat berharga tentunya, yaitu pengalaman ditolak. Bukan ditolak cintanya , atau di tolak ngelamar kerja lho ya, tapi….Ditolak tulisan nya oleh penerbit Mayor.

 


Kegagalan Adalah Kesuksesan yang Tertunda

Sedih rasanya bila buku yang kita tulis ditolak oleh penerbit. Saya sendiri pernah merasakannya. Makan tak enak, tidurpun tak nyenyak. Sakitnya tuh di sini! (sambil mengelus dada) hahaha. Lebih baik sakit gigi daripada sakit hati ini, hihihi.

Namun perlu anda ketahui. Saya termasuk orang yang pantang menyerah. Ketika naskah buku saya ditolak para penerbit mayor, saya tidak putus asa. Saya akan menerimanya dengan lapang dada. Saya menerimanya dengan senyuman meskipun terasa pahit.

Berkali kita gagal lekas bangkit dan cari akal. Berkali kita jatuh lekas berdiri jangan mengeluh. Jadilah guru tangguh berhati cahaya. Kegagalan adalah awal dari sukses yang tertunda. Gembirakan dirimu dengan terus belajar kepada orang-orang yang telah sukses menerbitkan bukunya.

Saya perbaiki tulisan saya. Kemudian saya baca kembali. Beberapa teman yang saya percaya , saya minta untuk memberikan masukan. Hasilnya buku saya menjadi lebih baik dari sebelumnya dan lebih enak untuk dibaca. Sakit hati ini terasa terobati.

Ibarat seorang mahasiswa S1 yang skripsinya dipermak habis sama dosen pembimbingnya. Ibarat mahasiswa S2 yang tesisnya ditolak promotornya dan ibarat mahasiswa S3 yang ditolak proposal desertasinya.

Saya sangat berterima kasih kepada para penerbit yang sudah menolak buku yang saya susun. Dengan begitu buku yang saya susun menjadi layak jual. Coba kalau seandainya naskah buku saya langsung diterima, pasti banyak yang tidak laku karena isinya kurang menarik hati pembaca. Buku saya terbit tapi tidak banyak pembelinya, karena bukunya tidak menarik hati pembaca.

Saya jadi banyak belajar semenjak buku ditolak penerbit mayor. Saya perbaiki dan terus perbaiki sehingga naskah buku menjadi lebih enak dibaca. Butuh waktu lama mengerjakannya. Saya pantang menyerah. Saya belajar dari penolakan. Saya pergi ke toko buku dan membaca buku-buku best seller. Dari sanalah saya akhirnya tahu rahasia buku mereka laris dibaca pembaca.

Saat itu saya semakin menggebu-gebu semangatnya. Ibarat perahu yang sudah berlayar tentu pantang untuk kembali ke pelabuhan. Jalan terus sampai tujuan walaupun akan banyak ombak besar menghadang. Tidak ada nahkoda ulung yang tidak melalui lautan yang berombak ganas. Justru disitulah keahliannya teruji.

Ketika bukumu ditolak penerbit, teruslah menulis dan jangan berhenti menulis. Ketika engkau terus menulis, maka tulisanmu akan semakin tajam dan nendang. Pasti tulisanmu akan layak jual. Pasti tulisanmu akan banyak dibaca orang. Aha kuncinya satu mau belajar dan pantang menyerah.

Perbaiki dan terus perbaiki sehingga penerbit mayor mau menerbitkan bukumu tanpa kamu keluar uang satu senpun. Kamupun tersenyum ketika royalti bukumu mencapai angka yang fantastis. Puluhan bahkan ratusan juta rupiah kamu dapatkan bila bukumu laku keras. Seperti royalty buku yang kami terima saat ini.

Sampai disini sangat menarik, inspiratif dan sangat memotivasi ya sahabat. Kegagalan yang berujung kesuksesan yang luar biasa. Kuncinya adalah jangan menyerah, jadikan kegegagalan itu sebagai cambuk untuk memperbaiki diri dan menghasilkan karya yang lebih baik lagi. Menulis adalah sebuah keterampilan, jadi akan semakin terampil jika kita terus berlatih. Semangat, belajar, belajar, dan belajar…berlatih dan akhirnya terampil. Aamiin….ya rabbal’alamin.



Wassalamu’alaikum.Wr. Wb

Tarianggrani87.blogspot.com/guru SDN Total persada kota Tangerang.

1 komentar: